>JAKARTA – Krisis boleh krisis tapi yang nama dunia esek esek tidak termasuk di dalamnya .Pelacur wajah baru kini menyerbu Jakarta baik di tempat pelacuran kelas teri maupun hiburan malam papan atas seperti diskotek, karoke, bar, dan pinta pijat.Mereka datang dari berbagai kota kecil ke Jakarta.
Pelacur wajah baru siap bersaing dengan pemain lama menangguk kocek dari pria ‘hidung belang’. Pendatang baru apalagi yang masih Anak Baru Gede (ABG) sebagai primadona dunia prostitusi karena dianggap sebagai lalapan ijo alias daun muda.
Amel, 18, pelacur baru asal Pemalang, mengaku ke Jakarta pekan lalu karena diajak sepupu yang bernama Mira. Sepupunya menggeluti dunia yang sama lebih dahulu dan sukses. “Saudara saya malah bisa membangun rumah di kampung. Saya kelak juga pengin bangun rumah di kampung,” katanya, malam Minggu (11/03).
Perempuan cantik berusia 18 tahun ini, memberkan sebelum berangkat ke Jakarta orangtuanya diberi uang sebesar Rp5 juta dari seorang laki-laki germo teman Mira. “Saya terpaksa menjadi seperti ini, karena bapak di kampung menganggur,” tutur Amel yang mengaku sudah tidak perawan lagi lantaran sudah pernah kawin.
Di Pemalang, Jawa Tengah, ayah Amel biasanya menjadi petani. Tetapi sejak pupuk mahal ayahnya memilih menganggur. “Bapak tahu saya kerja di tempat hiburan panti pijat, tapi ibu tahunya kerja di salon,” ucapnya.
Saat ini ia tinggal di ruko penampungan Mangga Besar, Jakarta Barat, bersama dengan 20 orang cewek yang seprofesi. Ia setiap pukul 21:00 dijemput Panther dan pulang pukul 01.
Jerih payah dari menjajakan cinta, bisa mengantongi uang Rp300 ribu dari dua kali kencan. “Ya sudahlah, kita mau main tidak, kok ngobrol terus,” sambungnya.
TERTARIK KE BATAM
Hingga saat ini wanita pendatang baru yang hijrah ke gemerlap malam megapolitan sebenarnya jumlahnya lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, banyak bos sindikat pemasok wanita penghibur kini lebih tertarik mengirim wanita muda dan cantik ke Batam. “Di sana tarif kencan, baik short-time maupun long-time lebih mahal daripada Jakarta,” ujar wanita germo di salah satu pusat hiburan Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta.
Meski demikian, wanita penghibur yang menyemarakkan hiburan malam Jakarta, jumlahnya masih sangat banyak. Dari sejumlah pusat hiburan yang tersebar di kawasan Mangga Besar dan Pangeran Jayakarta saja diperkirakan mencapai ribuan wanita penghibur yang bekerja tetap maupun free-lance. Bila hal ini digabungkan dengan pusat hiburan lainnya seperti Blok M, Kelapa Gading, Kota, Pluit, Tanjung Priok, Kemang, Tubagus Angke, Sunter, dan lainnya, jumlahnya tentu berlipat. Sebagian besar wanita malam ini dapat diajak kencan seks baik di hotel maupun kamar yang disediakan pengelola tempat hiburan.
Jumlah wanita yang bertebaran di lokasi hiburan saat ini jauh lebih besar dibandingkan sebelum memasuki Ramadhan hingga Lebaran. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis hiburan malam yang identik dengan industri esek-esek sudah mulai menggeliat menawarkan jasa pijat plus, pemandu karaoke plus, maupun menemami pria mabuk-mabukan.
LaLAPAN IJO
Salah satu pusat hiburan malam yakni di kompleks ruko Jalan Pangeran Jayakarta, terdapat lebih dari seribu wanita penghibur, termasuk kelompok pendatang baru. Ketika memasuki kawasan ini terlihat bisnis prostitusi berkedok usaha panti pijat, sauna, maupun bar.
Di setiap ruko empat lantai terdapat ratusan ABG sampai dengan Setengah Tua (STW) siap melayani kencan seks dengan tarif sekitar Rp250.000.
“Om, mampir sini. Saya punya banyak ‘lalapan ijo’, murah lagi,” bujuk wanita yang dipanggil dengan nama Mami Ana. Yang dimaksud ‘lalapan ijo’ adalah wanita ABG yang masih bau kencur alias bulu jarang (bujar) berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. “Kalau pengin lalapan Sunda juga ada, amoy juga silakan. Di sini komplet, tarifnya murah-meriah dibandingkan di Batam,” tambah Mami sambil mempersilakan tamu melihat ruang kaca yang dipenuhi wanita berdandan seksi. Mereka semua tarifnya sama, baik ABG maupun STW,” ujarnya.
Sesaat kemudian mami lainnya juga berdatangan bersaing memasarkan anak buahnya. “Saya punya banyak pendatang baru. Masih muda,” timpalnya sambil menggandeng beberapa anak asuh.
Para germo yang bekerja di satu tempat hiburan pun saling bersaing mendapatkan pelanggan. “Kalau cuma nememin minum juga boleh, mumpung tamu lagi sepi. Asal dikasih uang tips saja,” papar germo berbadan gempal.
Menurut Mami Ana, pendatang baru di Jakarta tidak sebanyak yang dikirim ke Batam. “Bos saya lebih tertarik bisnis barang baru di Batam. Katanya di sana tarifnya lebih dari Rp500.000/jam. Bahkan bisa sampai jutaan rupiah,” ungakpnya.
Selain itu, untuk mengambil ‘anak asuh’ dari daerah, biayanya makin mahal. “Untuk mengambil satu anak yang lumayan bagus butuh biaya sekitar Rp20 juta, antara lain untuk diberikan kepada orangtua, calo, transportasi, pakaian, alat kosmetik, makan, dan penampungan,” ungkap Mami yang sering berhubungan dengan calo besar dari Indramayu dan wilayah Jawa Barat.
Sementara itu, Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Hiburan Indonesia (Aspehindo), Hasanuddin Harahap, mengaku kini bisnis tempat hiburan mulai ramai, meski masih ada sebagian pekerja yang pulang kampung. Usaha yang menjadi mata pencarian ratusan ribu orang ini mulai buka dengan jenis usaha masing-masing seperti diskotek, karaoke, bar, singing hal, pijat kebugaran, dan lainnya.
RAWAMALANG
Seperti halnya di tempat hiburan kelas menengah dan atas, tempat prostitusi kelas teri seperti Rawamalang, Jakarta Utara, juga kebanjiran pelacur wajah baru. Wanita bulu jarang (bujar) datang dari sejumlah daerah dan tinggal bersama dengan mucikari.
“Mas, minumnya di sini saja dan bisa istirahat ditemani barang masih baru,” sapa satu germo berpromosi sambil memanggil wanita muda anak asuhnya, untuk menemani minum-minuman bir. “Tini, ini baru datang kemarin sore dari Cilamaya, Ciasem, Subang.”
Saat menemani kencan, Tini mulai membeberkan seputar kedatangannya di dunia hitam. “Kalau saya, sih, baru datang ke tempat ini karena ingin balas dendam kepada mantan suami,” katanya.
Suami sebelumnya menjadi tukang ojek motor dan meminta izin membuka rumah bordil. “Saya mengizinkan, tapi lama-lama suami saya malah gendakan (pacaran-red) dengan anak buahnya. Makanya untuk membalas dendam, saya terjun menjadi seperti ini,” ucapnya.
Berbeda dengan pengakuan Dede, 24, pelacur asal Haurgelis, Karangsinom, Indramayu. Ia , yang menjadi idola di Rawamalang itu, mengaku datang ke Jakarta karena tempat biasa ia mangkal di kawasan Cilege Indah (CI), Gantar, Losarang, saat ini lagi sepi pengunjung.
Baca Juga yang ini
Ingin melakukan copy paste artikel pada blog ini ? Kami sangat tidak keberatan tentunya dengan syarat mencantumkan Url dari blog ini.
0 komentar: